Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 54; Markus 4; Yesaya 61-62
Saya pernah berbincang-bincang dengan seorang teman yang sedang berada di Australia dalam rangka training. Kami mengobrol tentang berbagai berita "kehilangan" selama kurun waktu kurang dari 2 bulan. Sebelum percakapan itu, saya tahu setidaknya ada 2 orang kenalan dekatnya sudah tiada, justru ketika dia tidak ada di Indonesia. Tapi rupanya teman saya itu mendengar lebih banyak kabar serupa. Bahkan dalam 1 bulan menjelang kepulangannya ke tanah air, hampir setiap minggu ia mendengar berita sejenis, termasuk dari rekan-rekannya di Australia.
Sebuah perpisahan bagaimanapun membawa kesedihan karena kita tidak bisa lagi berhubungan dengan orang-orang yang meninggalkan kita. Di sisi lain, semua berita itu telah mengingatkan kami satu hal, yaitu agar kami belajar menghargai setiap hubungan yang ada dari sekarang dan bukan setelahnya. Mungkin kita perlu sering-sering bertanya pada diri sendiri:
• Bagaimana kualitas hubungan kita dengan orang-orang di sekitar kita selama ini?
• Kasih atau keegoisankah yang sering kita dahulukan di dalam hubungan-hubungan itu?
• Kira-kira, akankah kita menyesali cara kita memperlakukan mereka bila tiba saatnya kita harus berpisah?
Tidak seorangpun yang tahu, kapan waktunya kita harus mengucapkan perpisahan dengan orang-orang di sekitar kita. Selama kesempatan masih terbuka, jangan menyia-nyiakan hubungan-hubungan yang ada. Dahulukan kasih agar tidak ada penyesalan.
Kita hanya bisa belajar mengasihi dengan cara mulai mengasihi.